Senin, 05 Mei 2014
Aroma Pembantaian Alam Barzah
Pagi itu Samantha masih tertegun di meja tulis usangnya. Ia tak
pernah tau apa yang harus Ia lakukan kecuali menulis dan berharap
mimpinya akan terlaksana. Pagi yang menjenuhkan. Namun Samantha telah
terbiasa dengan kondisi seperti itu. Gadis malang itu tak pernah
menyangka hidupnya akan berjalan setragis ini. Seperti biasa, pagi itu
Ia harus bersabar menunggu nenek yang biasa memberinya makan datang.
Berkali kali Ia melirik ke arah pintu, berharap yang di tungggu cepat
menampakan dirinya. Maklumlah, kegelisahannya semalam menghabiskan
separuh tenaganya. Samantha merasa sangat lapar.
“Kreeekkk…” terdengar suara pintu terbuka. Samantha segera menoleh ke arah pintu. Dilihatnya sang nenek yang ditunggunya sejak tadi berjalan menghampiri dengan senyum khas yang selalu terukir di wajahnya. Samantha menyambutnya dengan senyuman tipis, sangat tipis. Namun cukup membuat Samantha terlihat manis.
“Kreeekkk…” terdengar suara pintu terbuka. Samantha segera menoleh ke arah pintu. Dilihatnya sang nenek yang ditunggunya sejak tadi berjalan menghampiri dengan senyum khas yang selalu terukir di wajahnya. Samantha menyambutnya dengan senyuman tipis, sangat tipis. Namun cukup membuat Samantha terlihat manis.
sekolah itu
Biasanya sekolah tempat untuk anak anak belajar. Terkadang ada
beberapa sekolah yang memiliki kisah mistis. Kita punya beberapa contoh,
tapi kita ambil saja sekolah menengah keatas bernama Oona Onata. Di
sekolah ini, terjadi kejadian yang tidak wajar. Bayangkan, setiap malam,
bangku dan meja bergerak sendiri, bola terpantul-pantul seperti ada
yang memainkan, dan banyak kejadian mistis lainnya.
“Emely, kamu mau masuk SMP mana?” Tanya Yumi, teman sekolahku.
“Emely, kamu mau masuk SMP mana?” Tanya Yumi, teman sekolahku.
cerpen
Kebersamaan itu adalah kesatuan dan penyatuan. Jika suatu pekerjaan
dilakukan bersama secara beramai-ramai akan cepat selesai. Tanpa
disadari di dalam kebersamaan banyak sekali kasih sayang dan keseruan
tersendiri tentunya.
Malam itu aku bantu-bantu karena di masjid kami sedang dalam renovasi. Aku juga sudah janji pada supri waktu siang tuk datang ke tempat masjid dibangun.
Malam itu aku bantu-bantu karena di masjid kami sedang dalam renovasi. Aku juga sudah janji pada supri waktu siang tuk datang ke tempat masjid dibangun.
Senin, 28 April 2014
Awal Karier SLANK
Cikal bakal lahirnya Slank adalah sebuah grup bernama Cikini Stones Complex (CSC) yang dibentuk oleh Bimo Setiawan Almachzumi/Bimo Setiawan Sidharta (Bimbim) pada awal tahun 80-an. Band ini hanya memainkan lagu-lagu Rolling Stones dan tak mau memainkan lagu dari band lain, alhasil mereka akhirnya jenuh dan menjelang akhir tahun 1983 grup ini dibubarkan.[1]Bimbim meneruskan semangat bermusik mereka dengan kedua saudaranya Denny dan Erwan membentuk Red Evil yang kemudian berganti nama jadi Slank, sebuah nama yang diambil begitu saja dari cemoohan orang yang sering menyebut mereka cowok selengean[1] dengan personel tambahan Bongky (gitar) dan Kiki (gitar). Kediaman Bimbim di Jl. Potlot 14 jadi markas besar mereka dan menjadi situs wajib yang harus dikunjungi para Slanker.
Mereka sempat tampil di beberapa pentas dengan membawakan lagu-lagu sendiri sebelum Erwan memutuskan mundur karena merasa tidak punya harapan di Slank.[1] Dengan perjuangan panjang terbentuklah formasi ke-13, Bimbim, Kaka, Bongky, Pay dan Indra, Slank baru solid.
Dengan formasi Bimbim (Drum), Bongky (Bass), Pay (Gitar), Kaka (Vokal) dan Indra (Keyboard) mereka mulai membuat demo untuk ditawarkan ke perusahaan rekaman.[1]
Setelah berulang kali ditolak, akhirnya tahun 1990 demonya diterima dan mulai rekaman debut album Suit... Suit... He... He... (Gadis Sexy). Album yang menampilkan hit Memang dan Maafkan itu meledak dipasaran sehingga mereka pun diganjar BASF Award untuk kategori pendatang baru terbaik. Album tersebut juga seakan "menampar" industri musik Indonesia yang kala waktu itu masih gencarnya lagu lagu Malaysia seperti tembang Issabella milik Search. Musik Slank yang Rock 'N Roll Blues itu bisa dibilang penyelamat kaum anak muda di Indonesia. Gayanya yang cuek dan slengean tapi bersahabat itu menarik massa yang saat itu masih sebatas minoritas.
Langganan:
Postingan (Atom)