Senin, 05 Mei 2014

cerpen

Kebersamaan itu adalah kesatuan dan penyatuan. Jika suatu pekerjaan dilakukan bersama secara beramai-ramai akan cepat selesai. Tanpa disadari di dalam kebersamaan banyak sekali kasih sayang dan keseruan tersendiri tentunya.
Malam itu aku bantu-bantu karena di masjid kami sedang dalam renovasi. Aku juga sudah janji pada supri waktu siang tuk datang ke tempat masjid dibangun.

“Den, nanti setelah isya kita bantu-bantu di masjid. Soal minum dan makan tenang aja udah disiapkan asal mau aja!” kata supri.
“Iya, oke” jawabku.
Akhirnya siang pun berganti malam, seusai shalat isya aku ke tempat yang sudah dijanjikan. Aku lihat-lihat setiap pekerja di sana tidak ada supri dan teman-teman. “Kemana supri dan teman-teman yang lain?” tanyaku dalam hati.
Aku lanjutkan saja langkahku ke warung karena sebelumnya Ibu minta tolong dibelikan kue. Tiba-tiba di jalan ada suara “Prokkk” tepuk tangan. Ku lihat “sepertinya ia supri. Ternyata benar” kataku dalam hati. Dia habis dari masjid Al-Kautsar melaksanakan shalat isya di temani rudi anak kelas 1 Smp. Kami ngobrol sedikit di jalan. Dan kami setuju pulang dulu begitu juga denganku karena kedua temanku pakai sarung dan peci.
Kalau aku bajunya terlalu bersih jadi mau pakai baju tadi siang. Aku pulang dan ganti baju, ke rumah di rumah ada Ibu. “Kok cepet pulangnya” tanya ibu. “Iya, mau ganti baju yang tadi siang” jawabku.
Setelah itu aku pergi tapi sebelum itu Ibu minta tolong masukin benang ke jarum ya aku kabulkan dan pergi setelahnya. Aku berlari dan sampai di bes ketemu lagi dengan kedua temanku supri dan rudi. Bergegas kami bertiga ke tempat pekerjaan yaitu angkut-angkut tanah. Berjalan gak terlalu lama akhirnya sampai di tempat tersebut Supri langsung mencari dan ambil alih keretek yang sudah berisikan tanah.
Kami tunggu pengisian tanah penuh. “pegawainya cukup banyak kira-kira ada 15 orang lebih. Semuanya bekerja dengan baik ini juga karena dana yang besar sekitar 250 juta makannya jadi semangat” pikirku.
Selang dari itu keretek yang supri pegang sudah penuh. Kami bertiga bawa keretek tersebut ke tempat masjid direnovasi. Supri sebagai pengendali di depan dan aku dengan Rudi di belakang sebagai pendorong. Di jalan kami ngedrag dengan cukup cepat.
Setelah sampai di tempatnya kami gulingkan keretek ke depan mengeluarkan tanahnya. Kami bertiga kembali ke tempat semula tapi aku dan Rudi duduk di atas kereteknya yang di tarik supri. Sesekali aku lihat ke atas langit. “Malam ini
rasanya banyak tugas namun tetap semangat, Ewin (pacarku)” pikirku sambil melihat bintang.
Tarik menarik dorong mendorong keretek berisi tanah dari tempat tanah dicangkul menuju masjid yang seperempat jadi. Kami lakukan secara berkali-kali dan bergantian. Terasa cape rasanya hingga keringatku pun keluar dan kami istirahat, Aku minum air Aqua gelas dan kopi setelahnya seusai itu kami lanjut lagi terus menerus dan istirahat lagi. “Masjid kita akan bagus nih” kata yogi. “iya, tapi jamaahnya yang akan sedikit” kataku. “awalnya saja banyak semakin ke sana semakin sedikit” Rudi. “paling sebaris atau satu dua” kata teman yang lain. “nanti duhur orangnya itu magrib juga sama, itu aja” kataku lagi.
Terjadi percakapan seperti itu ketika istirahat. Banyak kejadian yang lucu mulai dari kata-kata Bapak-Bapak yang membuat kami tertawa. Sampai naik keretek dengan kecepatan tinggi dan menarik keretek berbeban supri dan yogi yang buat kereteknya mundur lagi karena berat badan yogi yang berat.
Hingga tak terasa di masjid seperempat jadi itu sudah cukup tanah di dalamnya. Keretek pengangkut terakhir pun berlangsung. Lalu kami istirahat dan menunggu makan di rumah Dian. Aku lihat bintang lagi “Hari ini sangat sulit tapi jika di hadapi bersama akan cepat selesai” pikirku dalam hati. Semua pekerja berhenti bekerja dan tunggu makan semuanya menunggu sambil dengar ceramah cepot di speaker sesekali semuanya tertawa karena lucunya ucapan cepot dan akhirnya makanan pun siap.
Meski dengan nasi, goreng ikan, sambal dan kol, Namun rasanya sangat berbeda di banding makan pizza sendiri tanpa bagi-bagi. Kesannya sangat istimewa lebih istemewa dari apapun.
Nikmatnya malam itu sungguh aku syukuri. Lalu setelah makan aku cuci tangan dan ke warung buat beli kue dan menuju pulang setelahnya. Di jalan aku bertemu supri. “Habis dari mana?” tanyanya. “Dari warung” jawabku. “Oh” katanya.
Kita berdua bicara sedikit di jalan karena posisi rumah berbeda kita pun berpisah dan pulang ke rumah masing-masing.
Selesai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar