Kebersamaan itu adalah kesatuan dan penyatuan. Jika suatu pekerjaan
dilakukan bersama secara beramai-ramai akan cepat selesai. Tanpa
disadari di dalam kebersamaan banyak sekali kasih sayang dan keseruan
tersendiri tentunya.
Malam itu aku bantu-bantu karena di masjid kami sedang dalam
renovasi. Aku juga sudah janji pada supri waktu siang tuk datang ke
tempat masjid dibangun.
“Den, nanti setelah isya kita bantu-bantu di masjid. Soal minum dan makan tenang aja udah disiapkan asal mau aja!” kata supri.
“Iya, oke” jawabku.
Akhirnya siang pun berganti malam, seusai shalat isya aku ke tempat
yang sudah dijanjikan. Aku lihat-lihat setiap pekerja di sana tidak ada
supri dan teman-teman. “Kemana supri dan teman-teman yang lain?” tanyaku
dalam hati.
Aku lanjutkan saja langkahku ke warung karena sebelumnya Ibu minta
tolong dibelikan kue. Tiba-tiba di jalan ada suara “Prokkk” tepuk
tangan. Ku lihat “sepertinya ia supri. Ternyata benar” kataku dalam
hati. Dia habis dari masjid Al-Kautsar melaksanakan shalat isya di
temani rudi anak kelas 1 Smp. Kami ngobrol sedikit di jalan. Dan kami
setuju pulang dulu begitu juga denganku karena kedua temanku pakai
sarung dan peci.
Kalau aku bajunya terlalu bersih jadi mau pakai baju tadi siang. Aku
pulang dan ganti baju, ke rumah di rumah ada Ibu. “Kok cepet pulangnya”
tanya ibu. “Iya, mau ganti baju yang tadi siang” jawabku.
Setelah itu aku pergi tapi sebelum itu Ibu minta tolong masukin
benang ke jarum ya aku kabulkan dan pergi setelahnya. Aku berlari dan
sampai di bes ketemu lagi dengan kedua temanku supri dan rudi. Bergegas
kami bertiga ke tempat pekerjaan yaitu angkut-angkut tanah. Berjalan gak
terlalu lama akhirnya sampai di tempat tersebut Supri langsung mencari
dan ambil alih keretek yang sudah berisikan tanah.
Kami tunggu pengisian tanah penuh. “pegawainya cukup banyak kira-kira
ada 15 orang lebih. Semuanya bekerja dengan baik ini juga karena dana
yang besar sekitar 250 juta makannya jadi semangat” pikirku.
Selang dari itu keretek yang supri pegang sudah penuh. Kami bertiga
bawa keretek tersebut ke tempat masjid direnovasi. Supri sebagai
pengendali di depan dan aku dengan Rudi di belakang sebagai pendorong.
Di jalan kami ngedrag dengan cukup cepat.
Setelah sampai di tempatnya kami gulingkan keretek ke depan
mengeluarkan tanahnya. Kami bertiga kembali ke tempat semula tapi aku
dan Rudi duduk di atas kereteknya yang di tarik supri. Sesekali aku
lihat ke atas langit. “Malam ini
rasanya banyak tugas namun tetap semangat, Ewin (pacarku)” pikirku sambil melihat bintang.
Tarik menarik dorong mendorong keretek berisi tanah dari tempat tanah
dicangkul menuju masjid yang seperempat jadi. Kami lakukan secara
berkali-kali dan bergantian. Terasa cape rasanya hingga keringatku pun
keluar dan kami istirahat, Aku minum air Aqua gelas dan kopi setelahnya
seusai itu kami lanjut lagi terus menerus dan istirahat lagi. “Masjid
kita akan bagus nih” kata yogi. “iya, tapi jamaahnya yang akan sedikit”
kataku. “awalnya saja banyak semakin ke sana semakin sedikit” Rudi.
“paling sebaris atau satu dua” kata teman yang lain. “nanti duhur
orangnya itu magrib juga sama, itu aja” kataku lagi.
Terjadi percakapan seperti itu ketika istirahat. Banyak kejadian yang
lucu mulai dari kata-kata Bapak-Bapak yang membuat kami tertawa. Sampai
naik keretek dengan kecepatan tinggi dan menarik keretek berbeban supri
dan yogi yang buat kereteknya mundur lagi karena berat badan yogi yang
berat.
Hingga tak terasa di masjid seperempat jadi itu sudah cukup tanah di
dalamnya. Keretek pengangkut terakhir pun berlangsung. Lalu kami
istirahat dan menunggu makan di rumah Dian. Aku lihat bintang lagi “Hari
ini sangat sulit tapi jika di hadapi bersama akan cepat selesai”
pikirku dalam hati. Semua pekerja berhenti bekerja dan tunggu makan
semuanya menunggu sambil dengar ceramah cepot di speaker sesekali
semuanya tertawa karena lucunya ucapan cepot dan akhirnya makanan pun
siap.
Meski dengan nasi, goreng ikan, sambal dan kol, Namun rasanya sangat
berbeda di banding makan pizza sendiri tanpa bagi-bagi. Kesannya sangat
istimewa lebih istemewa dari apapun.
Nikmatnya malam itu sungguh aku syukuri. Lalu setelah makan aku cuci
tangan dan ke warung buat beli kue dan menuju pulang setelahnya. Di
jalan aku bertemu supri. “Habis dari mana?” tanyanya. “Dari warung”
jawabku. “Oh” katanya.
Kita berdua bicara sedikit di jalan karena posisi rumah berbeda kita pun berpisah dan pulang ke rumah masing-masing.
Selesai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar