Senin, 05 Mei 2014

sekolah itu

Biasanya sekolah tempat untuk anak anak belajar. Terkadang ada beberapa sekolah yang memiliki kisah mistis. Kita punya beberapa contoh, tapi kita ambil saja sekolah menengah keatas bernama Oona Onata. Di sekolah ini, terjadi kejadian yang tidak wajar. Bayangkan, setiap malam, bangku dan meja bergerak sendiri, bola terpantul-pantul seperti ada yang memainkan, dan banyak kejadian mistis lainnya.
“Emely, kamu mau masuk SMP mana?” Tanya Yumi, teman sekolahku.

“O, mungkin Oona Onata.” Kataku.
“O, aku juga mau masuk ke sana.” Kata Yumi.
“Eh, beneran kalian mau masuk Oona Onata?” Tanya Yemi yang kebetulan duduk di dekatku.
“Ya beneran lah. Kamu mau masuk sana juga?” Jawabku.
“Ihh, ogah banget aku masuk sana. Kalian belum denger ya, kalau disana banyak kejadian mistis?” Tanya Yemi.
“Wah kebetulan banget, aku seneng hal-hal mistis.” Kata Yumi antusias.
“Sama donk hobi kita.” Jawabku.
Tak lama kemudian bel berdering tanda pelajaran terakhir selesai. Ini hari terakhir kami bersekolah di Raita, sekolah kami yang lama. Setelah mengucapkan salam perpisahan, aku dan teman-temanku pulang. Liburan kuhabiskan dengan bangun siang dan nonton tv sampe malam.
Tak terasa liburan habis. Aku memakai seragam sekolah SMP Oona Onata. Sesudah itu aku turun untuk sarapan. Aku biasa naik mobil jemputan. Setelah mobil jemputan datang, aku menaiki mobil itu. Sesampainya di sekolah Oona Onata, aku segera mencari Yumi. Setelah kuperhatikan, ternyata anak dari SD Raita cuma aku dan mungkin Yumi. Setelah aku menemukan Yumi, kami berjalan ke aula. Setelah mendengarkan penjelasan, kami pulang.
Besok sudah akan dimulai pelajaran, jadi aku menyiapkan buku-buku yang akan dibuat untuk pelajaran. Memang SMP Oona Onata agak beda dari sekolah lain, sehingga kami mendapat pelajaran lebih dulu dari yang lain. Esoknya aku tiba di sekolah, dan langsung mencari Yumi.
“Yumi, apa bener sekolah ini angker seperti yang dikatakan Yemi?” Tanyaku gugup.
“Tidak mungkin, itu cuman takhayul. Gak ada yang namanya hantu.” Balas Yumi.
“Sekolah ini memang angker.” Kata kak Yvette, kakak kelas yang baru dikenalnya kemarin.
“Eh kak Yvette. Bikin kaget aja.” Kata Yumi.
“Kok bisa kak, sekolah ini angker?” Tanyaku.
“Dulu, di sekolah ini ada seorang gadis yang dibunuh oleh seorang guru yang merupakan ibunya sendiri. Mayat gadis itu masih ada di sekolah ini.” Jelas kak Yvette.
“Lalu mana mayat itu, kak?” Tanyaku.
“Belum ditemukan sampai saat ini.” Kata kak Yvette.
Tiba-tiba terdengar bunyi bel tanda pelajaran akan dimulai. Kami segera memasuki kelas masing-masing. aku masih memikirkan misteri tentang sekolah yang berhantu ini. Ternyata pelajaran di sekolah ini tidak begitu sulit. Lalu kami pulang. Di rumah aku sibuk memikirkan tentang misteri sekolah itu. Tiba-tiba aku melihat secercah cahaya berwarna putih di cermin riasku. Cahaya itu membesar dan menjadi seorang gadis. Aku begitu ketakutan sehingga tidak mampu berkata apa-apa lagi.
Bulu kudukku seakan merinding. Dan di benakku mengira-ngira apakah gadis ini ada hubungannya dengan sekolah itu.
“Jangan takut. Aku hanya ingin meminta kau dan Yumi untuk mencari mayatku yang tentunya telah menjadi tulang belulang.” Kata gadis itu.
“Aku memang sedang berusaha mencari misteri itu.” Kataku mulai berani.
“Malam ini juga, kamu dan Yumi harus mencari mayatku.” Kata gadis itu.
“Kenapa harus malam ini?” Tanyaku.
“Karena, ibuku malam ini akan mencari mayatku di sekolah kalian. Ibuku akan membakar tulangku dan memasukan rohku ke dalam botol, agar aku tidak bisa ke alam baka.” Jelas gadis itu.
“Tapi…” Kataku yang terputus ketika melihat gadis itu telah menghilang.
Aku segera menelpon Yumi. Yumi seperti tidak percaya, tapi untunglah ia mau ikut serta. Aku juga meminta kak Yvette untuk membantu menjadi pemandunya. Aku pun ke sekolah jam 11 malam. Ternyata Yumi sudah datang.
“Emely, kak Yvette tadi telpon aku. Katanya ia tidak bisa ikut, karena ada ulangan.” Kata Yumi.
“Ya udah kita cari dulu aja.” Kataku enteng.
“O ya tadi aku lihat nenek-nenek itu siapa ya?” Tanya Yumi.
“Astaga, kamu lihat dimana? Itu pasti mamanya gadis itu.” Kataku gelagapan.
“Di lab IPA.” Jawab Yumi.
Aku segera berlari ke lab IPA. Ternyata benar, ada nenek-nenek di sana. Nenek itu sedang sibuk mencopoti bagian-bagian dari kerangka manusia. Saking sibuknya, nenek itu tidak menyadari kehadiranku. Aku segera mangambil sebuah kayu dan memukul kepala nenek itu. Nenek itu pingsan. Aku segera mengambil tulang tulang itu untuk dikuburkaan selayaknya. Di pemakamannya, terlihat gadis itu tersenyum manis.
The End

Tidak ada komentar:

Posting Komentar